Iapa wedding riala parewa ri tanae, bettuanna makkatenni adeq, nabolaipi eppa e uangenna.
Seuani, kanawa nawapi
Maduanna, malempupi
Matellunna, waranipi
Maeepana, sugi pi
Baca : DIAM, menurut orang Bugis
Naiya tanranna engkae nawa nawanna eppatoi uangengnna
Seuani, matau e ri DewataE
Maduanna, matau makkadada maja
Matellunna, matau mangkau sala
Maeppana, matau mala cekka
Naiya tanranna malempu e eppa to ritu uangengnna
Seuani, pogau i gau makkatutu
Maduanna, pogau i gau patuju
Matellunna, pogau i gau madeceng
Maeppana, pogau i gau tongeng tongeng
Naiya tanranna tanranna to waranie eppa to ritu
Seuani, temmatau ripariolo
Maduanna, temmatau riparimunri
Matellunna, temmatau mengkalinga kareba
Maeppana, temmatau mita bali
Naiya tanranna tosugi e eppatoi ritu
Seuani, tekkuranni nawa nawanna
Maduanna, tennakurangi pappebali ada
Matellunna, masagenai ri sininna gau e
Maeppana, tennakurangi ri sininna pattujungnge
Terjemah :
Yang dapat dijadikan perangkat adat (pejabat) di negeri, ialah yang memiliki empat hal.
Pertama, memiliki pikiran yang baik (cerdas)
Kedua, bersikap jujur
Ketiga, berani
Keempat, kaya
Adapun orang cerdas memiliki empat tanda, yaitu
Pertama, Takut pada Tuhan
Kedua, Takut mengeluarkan kata yang buruk
Ketiga, Takut mengakui yang bukan miliknya
Keempat, Takut mengambil hasil tipuan
Adapun kejujuran memiliki empat tanda, yaitu
Pertama, melakukan perbuatan berhati hati
Kedua, melakukan perbuatan benar
Ketiga, melakukan perbuatan yang baik
Keempat, bersungguh sungguh melakukan pekerjaan
Adapun tanda orang berani empat hal, yaitu
Pertama, tidak takut didorong kedepan (memimpin)
Kedua, tidak takut diposisikan dibelakang (pengikut)
Ketiga, tidak kaget mendengar berita (berita baik dan buruk)
Keempat, tidak takut menghadapi musuh
Adapun tanda orang kaya juga empat hal, yaitu
Pertama, ia tidak kehabisan akal
Kedua, ia tidak kehabisan jawaban (solusi)
Ketiga, sanggup melakukan berbagai hal
Keempat, tidak kekurangan inisiatif dalam hal yang baik
----ooo<0>ooo---
Dinamika politik negeri Bugis dimasa lalu, melahirkan banyak hal. Mulai dari tokoh, pelajaran hingga pesan yang bermuatan nilai. Pesan pesan tersebut terwariskan baik secara tutur maupun tulis dengan berbagai variasinya. Adanya ragam pesan dengan substansi yang sama atau mirip, dengan penyampaian yang berbeda, adalah bentuk kekayaan budaya itu sendiri.
Sebagaimana kerajaan-kerajaan di nusantara dan seluruh dunia yang menganut monarki, kerajaan kerajaan di Bugis pun demikian. Akan tetapi, garis darah tidak melulu menjadi syarat dalam hal regenerasi kepemimpinan dan jabatan adat. Kualitas individu dan kompetensi tetap menjadi persyaratan.
Pada artikel ini dikutip empat syarat utama, yaitu Kanawa-nawa (cerdas), Lempu (jujur), Warani (berani) dan Sugi (kaya). Kita akan bisa menemukan versi yang lain dengan substansi yang mirip atau beda pada literatur lain seperti Acca (cerdas), Lempu (jujur), Warani, dan Sugi. Versi lain misalnya, Lempu, Acca, Warani, Malabo (dermawan). Inilah yang menjadi kekayaan budaya Bugis itu sendiri.
Yang menarik, sebuah teks tersebut diikat dengan kriteria untuk mencegah tafsir yang berbeda. Sebagai contoh. Kata Acca/Kanawa-nawa yang bila diterjemahkan dengan kata Cerdas. Boleh jadi manusia modern saat ini memahami kata "Cerdas" dengan beberapa indikator seperti paham sebuah teori, jago matematika dan sebagainya.
Akan tetapi, dalam Pappaseng (Pesan) ini, tiap teks kriteria diberi batasan empat tanda atau indikator. Kata Kanawa-nawa (cerdas) dimaknai takut pada Tuhan, takut bertutur buruk, takut mengakui sesuatu yang bukan haknya dan takut mengambil hasil kecurangan. Cerdas dalam pemahaman leluhur Bugis, bukanlah mereka yang mampu memutar balik kata untuk menutupi keburukannya. Justru sebaliknya, Cerdas adalah mereka yang senantiasa menyadari kehadiran sang Maha Kuasa dalam tiap gerak hidupnya. Cerdas adalah mereka yang menyadari eksistensi kemanusiaannya sehingga menjaga tutur katanya.
Demikian pula teks Warani yang diterjemahkan menjadi Berani. Dalam pikiran kebanyakan orang, Keberanian identik dengan kemampuan menghadapi kekerasan. Akan tetapi, dalam Pappaseng ini, maknanya lebih kaya. Bukan hanya tidak gentar di medan pertempuran. Akan tetapi tidak gentar berada pada posisi apapun, baik didepan (pemimpin) atau dibelakang (bawahan). Ini menunjukkan sikap ksatria yang tidak rakus jabatan. Demikian pula dengan "tidak kaget mendengar berita (baik dan buruk)", lebih menunjukkan ketenangan jiwa, kesiapan mental menghadapi berbagai hal yang tidak terduga.
Sebenarnya, masih banyak makna yang bisa digali dari pesan leluhur ini. Dan masih banyak pesan leluhur yang bahkan belum digali maknanya. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat untuk semua.
1 komentar so far
Makasih mas, jadi belajar nilai kepemimpinan dari pesan leluhur Bugis
EmoticonEmoticon