Di masa lalu, ketika masih zaman kerajaan. Banyak peristiwa terjadi. Sehingga menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Raja sebagai pemimpin tertinggi di masa itu, bukanlah seseorang yang bisa berbuat apa saja. Tetap ada aturan yang mengikat agar tercipta stabilitas dan harmoni di masyarakatnya.
Berikut ini petikan nasehat dari para tetuah kepada Raja di masa lalu. Yang boleh jadi, maknanya bisa disesuaikan konteksnya di masa sekarang ini. Kemudian dijadikan referensi dalam bersikap dan bertindak pada lingkup kepemimpinan berbagai sektor.
Transkrip
Seppulo dua seua-seua masennak makkasolang ri arung mangkauk e
Nakko engka arung mengkaiwi iaro seppuloe dua matu,
sitinajani ripalesso arungnge, apa ianaritu arung kaminang macilaka makkuaero winru na
Seuani, arung mangkau pogauE sapatana
Maduanna, temmagelliangengngi tau pogau'e sapa tana
Matellunna, mappasisalangengngi pangaderengnge
Maeppana, makbunoangengngi gellinna
Malimanna, teppasitinajaengngi paccallang apasalanna siajinna
Maennenna, mammaseiengngi taue dek e apatujunna ri arungnge
Mapitunna, temmamaseiengi taue nakko engka apatujunna ri pangaderenge enrenge ri arunge
Maruana, makdampengengngi topasalae
Maserana, nakko teai ri pakaingek arungnge ri atassalangna
Maseppulona, turuengngi anakna maggau bawang
Maseppulona seddi, turuengngi anakarunna enrengnge ata ri bolana ri gau bawangi tau tebbekna
Maseppulona dua, turuengngi bainena takkaboro
Terjemahan
Dua belas hal yang sangat berbahaya bagi Raja
Jika raja memiliki salah satu dari 12 hal
Maka pantaslah diturunkan dari tahtanya, sebab tindakan raja demikian sangat celaka
Pertama, raja yang berbuat mesum
Kedua, tidak menghukum pelaku mesum
Ketiga, tingkah lakunya menyalahi aturan adat istiadat
Keempat, menjatuhkan hukuman mati saat murka
Kelima, tidak memberikan hukuman yang setimpal terhadap pelanggaran yang dilakukan kerabatnya
Keenam, mengasihi orang yang tidak berbakti pada raja
Ketujuh, tidak mengasihi orang yang berbakti pada aturan adat istiadat dan raja
Kedelapan, memaafkan orang salah
Kesembilan, bila raja tak mau diperingati kesalahannya
Kesepuluh, menuruti anaknya berlaku sewenang wenang
Kesebelas, membiarkan keluarga dan isi rumahnya berlaku sewenang wenang pada orang banyak
Keduabelas, membiarkan istrinya takabur.
Dimasa lalu, Malaweng atau berzinah sangat dipantangkan. Bukan hanya karena berdampak pada nasab keturunan. Akan tetapi juga berdampak pada hasil panen. Orang orang dahulu percaya (ketika sistem pertanian tradisional masih diterapkan), bahwa perzinahan akan menyebabkan gagal panen. Sehingga pelakunya dihukum berat. Kegagalan panen jelas akan mempengaruhi ketahanan pangan sebuah daerah. Maka disimpulkan lah bahwa jika raja (termasuk rakyatnya berbuat mesum atau berzinah) dan pelakunya tidak dihukum maka akan merusak ketahanan pangan daerah tersebut.
Untuk poin 3, melanggar aturan adat istiadat. Berarti mengacaukan harmoni sosial. Hal ini (untuk konteks masa lalu) akan menyebabkan perpecahan bahkan pemberontakan pada daerah tersebut.
Meski terkesan sangat keras dalam berbagai jenis hukuman dimasa lalu. Akan tetapi untuk menjatuhkan hukuman, Pabbicara atau hakim tidak boleh bertindak semena-mena. Ia harus mengumpulkan berbagai informasi secara berimbang. Saat memutus perkara, ia harus bebas dari berbagai kondisi psikologis yang dapat merusak. Apalagi bila hukuman yang dijatuhkan itu hukuman mati. Bila Raja saat murka dengan mudahnya menjatuhkan hukuman mati. Maka sulit baginya untuk memutuskan dengan adil. Sebaliknya, bila kerabatnya yang melakukan kesalahan namun tidak dijatuhi hukuman sesuai adat yang berlaku, maka akan menimbulkan ketidakpercayaan pada Raja. Sehingga keluarga dan kerabat dari yang dijatuhi hukuman mati akan menolak legitimasi raja tersebut. Bahkan anggota adat kerajaan pun dapat saja terpecah menyikapi hal tersebut. Demikian untuk poin 4 dan 5.
Selanjutnya, mengasihi orang yang tidak berbakti pada Raja dan Adat istiadat dan sebaliknya menyianyiakan orang yang berbakti pada Raja dan Adat Istiadat. Setidaknya menimbulkan 2 hal. Pertama, orang akan berpikir tak perlu lagi berbakti untuk mendapatkan kasih sayang Raja. Kedua, kalau berbakti pun tidak dihargai. Dampaknya adalah bawahan akan bersikap sembrono. Tidak mengerjakan tugasnya dengan baik. Dan yang parah adalah, bawahan yang lebih mengutamakan puja puji pada Raja ketimbang kinerjanya. Dalam jangka waktu tertentu akan melemahkan negara.
Memaafkan orang salah (poin 8) dapat terpahami pada 2 hal. Pertama, yang bersalah memohon maaf. Kedua, yang bersalah tidak merasa bersalah dan tidak memohon maaf. Pada perspektif lain dapat juga terpahami tingkat kesalahan. Beberapa Pappaseng menekankan pentingnya seorang pemimpin memiliki jiwa pemaaf. Sehingga untuk menemukan titik temu Pappaseng ini. Di pahami bahwa, memaafkan orang yang salah dalam arti kesalahannya sangat berat dan/atau tidak meminta maaf. Sehingga menjadi acuan bagi orang lain untuk melakukan kesalahan serupa. Kesalahan yang kemudian makin membesar dan dimaklumi sehingga tidak lagi dianggap sebagai kesalahan.
Pada negara kerajaan, Raja sangat dipengaruhi oleh keluarga dekatnya. Anak-anak maupun kerabat dekatnya. Raja dan anggota keluarganya adalah manusia biasa yang tak luput kesalahan. Bila Raja dan anggota rumah tangga Raja melakukan kesalahan fatal dan dibiarkan. Akan menciptakan perasaan tidak adil bagi rakyatnya. Sehingga rakyatnya hilang kepercayaan. Ketidak percayaan bawahan pada pemimpin, pada gilirannya akan menjadi awal munculnya perlawanan. Intinya, seorang pemimpin dalam hal ini Raja, harus berlaku adil sehingga menciptakan kepercayaan, kebersamaan dan ketentraman di berbagai level masyarakatnya.
Istri yang takabur, akan merugikan siapapun suaminya. Termasuk permaisuri/selir yang takabur. Takabur dalam arti sudah berfoya foya dan menganggap rendah orang lain. Dengan kekuasaan suaminya, ia bisa berlaku sewenang wenang hingga mencampuri wilayah pemerintahan yang bukan wilayahnya. Untung bila sang istri memberikan masukan yang baik untuk suaminya dalam mengelola pemerintahan. Namun bila sang istri justru berfoya foya sehingga menghabiskan kas kerajaan dan berlaku sewenang-wenang, maka tentu kerajaan tersebut akan mengalami ketidakstabilan politik.
Sumber : Pangajak Tomatoa (kumpulan Pappaseng Bugis)
dihimpun oleh Zainuddin Hakim
Dimasa lalu, Malaweng atau berzinah sangat dipantangkan. Bukan hanya karena berdampak pada nasab keturunan. Akan tetapi juga berdampak pada hasil panen. Orang orang dahulu percaya (ketika sistem pertanian tradisional masih diterapkan), bahwa perzinahan akan menyebabkan gagal panen. Sehingga pelakunya dihukum berat. Kegagalan panen jelas akan mempengaruhi ketahanan pangan sebuah daerah. Maka disimpulkan lah bahwa jika raja (termasuk rakyatnya berbuat mesum atau berzinah) dan pelakunya tidak dihukum maka akan merusak ketahanan pangan daerah tersebut.
Untuk poin 3, melanggar aturan adat istiadat. Berarti mengacaukan harmoni sosial. Hal ini (untuk konteks masa lalu) akan menyebabkan perpecahan bahkan pemberontakan pada daerah tersebut.
Meski terkesan sangat keras dalam berbagai jenis hukuman dimasa lalu. Akan tetapi untuk menjatuhkan hukuman, Pabbicara atau hakim tidak boleh bertindak semena-mena. Ia harus mengumpulkan berbagai informasi secara berimbang. Saat memutus perkara, ia harus bebas dari berbagai kondisi psikologis yang dapat merusak. Apalagi bila hukuman yang dijatuhkan itu hukuman mati. Bila Raja saat murka dengan mudahnya menjatuhkan hukuman mati. Maka sulit baginya untuk memutuskan dengan adil. Sebaliknya, bila kerabatnya yang melakukan kesalahan namun tidak dijatuhi hukuman sesuai adat yang berlaku, maka akan menimbulkan ketidakpercayaan pada Raja. Sehingga keluarga dan kerabat dari yang dijatuhi hukuman mati akan menolak legitimasi raja tersebut. Bahkan anggota adat kerajaan pun dapat saja terpecah menyikapi hal tersebut. Demikian untuk poin 4 dan 5.
Selanjutnya, mengasihi orang yang tidak berbakti pada Raja dan Adat istiadat dan sebaliknya menyianyiakan orang yang berbakti pada Raja dan Adat Istiadat. Setidaknya menimbulkan 2 hal. Pertama, orang akan berpikir tak perlu lagi berbakti untuk mendapatkan kasih sayang Raja. Kedua, kalau berbakti pun tidak dihargai. Dampaknya adalah bawahan akan bersikap sembrono. Tidak mengerjakan tugasnya dengan baik. Dan yang parah adalah, bawahan yang lebih mengutamakan puja puji pada Raja ketimbang kinerjanya. Dalam jangka waktu tertentu akan melemahkan negara.
Memaafkan orang salah (poin 8) dapat terpahami pada 2 hal. Pertama, yang bersalah memohon maaf. Kedua, yang bersalah tidak merasa bersalah dan tidak memohon maaf. Pada perspektif lain dapat juga terpahami tingkat kesalahan. Beberapa Pappaseng menekankan pentingnya seorang pemimpin memiliki jiwa pemaaf. Sehingga untuk menemukan titik temu Pappaseng ini. Di pahami bahwa, memaafkan orang yang salah dalam arti kesalahannya sangat berat dan/atau tidak meminta maaf. Sehingga menjadi acuan bagi orang lain untuk melakukan kesalahan serupa. Kesalahan yang kemudian makin membesar dan dimaklumi sehingga tidak lagi dianggap sebagai kesalahan.
Pada negara kerajaan, Raja sangat dipengaruhi oleh keluarga dekatnya. Anak-anak maupun kerabat dekatnya. Raja dan anggota keluarganya adalah manusia biasa yang tak luput kesalahan. Bila Raja dan anggota rumah tangga Raja melakukan kesalahan fatal dan dibiarkan. Akan menciptakan perasaan tidak adil bagi rakyatnya. Sehingga rakyatnya hilang kepercayaan. Ketidak percayaan bawahan pada pemimpin, pada gilirannya akan menjadi awal munculnya perlawanan. Intinya, seorang pemimpin dalam hal ini Raja, harus berlaku adil sehingga menciptakan kepercayaan, kebersamaan dan ketentraman di berbagai level masyarakatnya.
Istri yang takabur, akan merugikan siapapun suaminya. Termasuk permaisuri/selir yang takabur. Takabur dalam arti sudah berfoya foya dan menganggap rendah orang lain. Dengan kekuasaan suaminya, ia bisa berlaku sewenang wenang hingga mencampuri wilayah pemerintahan yang bukan wilayahnya. Untung bila sang istri memberikan masukan yang baik untuk suaminya dalam mengelola pemerintahan. Namun bila sang istri justru berfoya foya sehingga menghabiskan kas kerajaan dan berlaku sewenang-wenang, maka tentu kerajaan tersebut akan mengalami ketidakstabilan politik.
Sumber : Pangajak Tomatoa (kumpulan Pappaseng Bugis)
dihimpun oleh Zainuddin Hakim
7 komentar
Membaca kisah ini, jadi teringat kisah 1001 malam
suka banget saya dengan artikelnya gan
andai q jadi raja.btw itu bahasa daerah mana gan?seorang pemimpin memang harus berwibawa dan tegas namun juga harus bijak agar di cintai rakyat
hehee..kisah klasik untuk masa depan hehe
tq gan..semoga bermanfaat
betul gan...namun sekarang sudah zaman republik...ada baiknya para pemimpin bangsa belajar dari kearifan leluhur kita
Saya Atas nama IBU SITI AISYA ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKW di SINGAPURA jadi pembantu rumah tangga yg gajinya tidak mencukupi keluarga di kampun,jadi TKW itu sangat menderita dan di suatu hari saya duduk2 buka internet dan tidak di sengaja saya melihat komentar orang tentan AKI SOLEH dan katanya bisa membantu orang untuk memberikan nomor yg betul betul tembus dan kebetulan juga saya sering pasan nomor di SINGAPURA,akhirnya saya coba untuk menhubungi AKI SOLEH dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor,dan nomor yg di berikan AKI SOLEH 100% tembus (4D) <<< 1 2 3 9 >>> saya menang togel (150,juta) meman betul2 terbukti tembus dan saya sangat bersyukur berkat bantuan AKI SOLEH kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk buka usaha sendiri,,munkin saya tidak bisa membalas budi baik AKI SOLEH sekali lagi makasih yaa AKI dan bagi teman2 yg menjadi TKW atau TKI seperti saya,bila butuh bantuan hubungi saja AKI SOLEH DI 082-313-336-747- insya ALLAH beliau akan membantu anda.Ini benar benar kisah nyata dari saya seorang TKW trimah kasih banyak atas bantuang nomor togel nya AKI wassalam.
EmoticonEmoticon