Dalam tradisi Bugis dimasa lalu, pengukuran panjang disebut dengan istilah Sukeq. Sukeq tidak hanya berarti ukuran panjang sebuah benda. Tetapi juga berarti "mengukur nilai karakter" seseorang. Misalnya pada kalimat "Teawa nasukeq" yang berarti kira kira "Saya tidak ingin (Sifat/Karakter/kemampuan) saya dinilai.
Sukeq |
Sekaitan dengan penilaian, pepatah Bugis mengatakan "Olaq mu muakkolaki" yang berarti, takaranmulah yang kau jadikan takaran. Maksudnya, sebelum melakukan sesuatu, nilailah akibat perbuatan itu, bila kita tidak suka, maka tentu orang lain pun demikian.
Kembali ke SukeQ. Berbeda dengan di Eropa dengan satuan meter dan yard, satuan ukuran dalam Sukeq bersifat spesifik, tidak bersifat general. Sukeq sangat tergantung dari orang yang bersangkutan. Alat ukur dalam teknik SukeQ, adalah organ tubuh yang bersangkutan.
Untuk sesuatu yang dipegang, seperti Kawali, Alameng, Bessi dan senjata dari besi lainnya, yang digunakan adalah tangan dan jari. Dikenal istilah Sijakka, Sipajello, Siuncu untuk panjang badik atau keris atau mata tombak. Adapun pedang Alameng terkadang digunakan sukeq reppa. Kadang yang digunakan adalah jari jari dengan kelipatan 4 atau 5.
Untuk sesuatu yang ditempati, seperti rumah, yang digunakan untuk Massukeq adalah jarak antar lutut saat duduk bersila yang kemudian dihitung kelipatannya. Sementara untuk tinggi rumah, adalah jarak antara tenggorokan hingga ke pusar, dan kelipatannya.
Teknik Sukeq pada bilah badik (sumber : Tenriewa) |
Sementara yang dikendarai (Ri Tonangi) yang digunakan Massukeq adalah tapak kaki dan kelipatannya. Adapun kendaraan yang dimaksud adalah perahu, bendi dan sebagainya.
Sehubungan dengan tidak berlaku generalnya sukeq, maka boleh jadi satu benda yang di sukeq sesuai untuk seseorang namun tidak sesuai untuk orang lain.
Filosofi Sukeq
Boleh jadi orang akan berpikir, mengapa leluhur Bugis tidak menciptakan satuan ukuran panjang yang bersifat general tetapi bersifat parsial. Hal itu tidak terlepas dari konsep kosmologi orang Bugis. Bahwa ada dua alam, yaitu alam dalam diri dan alam diluar diri.
Bahwa orang Bugis berprinsip, "Ajja muassappa ri saliweng reppa" yang kira kira berarti jangan mencari diluar jangkauanmu. Sementara Reppa adalah salah satu cara Sukeq. Sehingga alam dalam diri yang termanifestasi dalam struktur fisiklah yang menjadi satuan ukuran Sukeq.
Adapun alam diluar diri, seperti kita ketahui bahwa, Tuhan menciptakan segala sesuatu sesuai dengan ukuran masing-masing. Tidak satupun ciptaanNya yang berlebihan atau berkekurangan. Sebab DIA Tuhan yang Maha Adil yang menciptakan hamba-hambaNYA sesuai Qadarnya.
Ketika manusia Bugis mencipta atau menggunakan alat (rumah, pedang, badik, perahu, bendi dan sebagainya), maka digunakanlah organ tubuhnya (jakka, reppa, tudang sulekka, dan seterusnya) berikut kelipatannya agar tercipta kesesuaian antara manusia, alat dan alam diluar dirinya.
Wallahu a'lam bishshawab.
EmoticonEmoticon