Rumah, bukan hanya kebutuhan primer manusia sebagai tempat bernaung dan tempat berkumpul. Lebih daripada itu, rumah juga adalah identitas pemilik serta bagian dari keselarasan dengan alam. Di masa lalu, belum ada jalan raya. Rumah didirikan tentu bukan karena faktor strategis lokasinya dari jalan raya. Akan tetapi, juga kesesuaian tanah tempat rumah akan didirikan dengan pemilik.
Oleh karena itu, dimasa lalu orang Bugis saat akan mendirikan rumah. Memulainya dengan mencari tempat yang dianggap baik dan menguntungkan. Kemudian mencari waktu baik untuk memulai pendirian rumah. Ada ritual yang mesti dilakukan saat mendirikan rumah. Ketika pendirian rumah selesai, diadakan acara selamatan seperti "Maccera Bola". Terkadang diganti dengan barzanji.
Berikut ini petikan naskah Lontara Bola tentang cara menentukan lokasi pendirian rumah
Transliterasi.
Passaleng pannesaingngi. Rekku maeloki mabbola. Patettong bola. Sappano
tana madecengnge. Yinatu tana mapute. Na siso tana. Tana malotongnge. Na
mawangi wangi wawunna. Madeceng riappatettongi bola. Matanre ri ajae. Namatuna
ri lau. Namatanre riattang. Namatuna ri awang. Muyinayi masse ro. Lampe e. Yina
masero deceng. Ri appatettongi bola. Nayirekko. Engkana tana. Muelori.
Muabbolai. Awangngi wenno. Cucubanna. Enrengnge manu. Ota malappa. Minynya.
Dupa mutunui. Dupae. Mupatto’i aju. Kuwae tairajanna. Mattanroi masse. Muakkeda
palei. Reddui rekko temmuelorangngi. Iko monroangengngi. Tanae. Nagenne’pa
tellumpenni. Mulao mitai. Yinae lego.
Riappalingangarengngi. Ajja muabbolaiwi. Yirekko. Tellegoi. Tennamareddu toi.
Appatettongini bola. Narekko mappepasui. Bola. Malai manu cella. Tapanrei
pasu’e. Silaong limatta. Paeto. Mattaratatti.
Terjemahan bebas
Pasal yang menjelaskan apabila hendak mendirikan rumah. Carilah tanah yang baik, yaitu tanah putih dan siso tana. Tanah yang berwarna hitam dan berbau wangi. (Adalah) baik untuk didirikan rumah. Tinggi dibagian barat dan rendah dibagian timur. Tinggi dibagian selatan, dan rendah dibagian utara.
Dan apabila telah ada tanah yang engkau anggap baik, maka berikanlah berondong jagung, beras bertih, serta ayam. Daun sirih yang lebar. Minyak. Dupa dan dibakar. Tancapkanlah kayu dan berikrar, "Wahai yang menjaga tanah ini, cabutlah kayu ini bila engkau tak berkenan (didirikan rumah). Bila cukup tiga malam, lihatlah (kayu tersebut). Bila bergoyang, jangan dirikan rumah di tempat tersebut. Jika tidak bergoyang (tetap tertancap dengan kuat), maka dirikan lah rumah disitu.
cek : SukeQ
(cara mengukur panjang senjata, rumah, kendaraan)
Tradisi orang Bugis dimasa lalu ini dapat dipahami sebagai sebuah upaya untuk menyelaraskan antara manusia dan alam. Hal itu ditempuh dengan cara upaya komunikasi dengan "penguasa tanah" untuk mengetahui persetujuannya dalam mendirikan rumah dilokasi tersebut.
Rumah Bugis dengan ornamen hias yang khas |
Cucubanna, Pesseq Pelleng, Tallattu, Lawolu dan Menrawe dalam sebuah ritual adat Bugis |
Persetujuan dari "penguasa tanah" ditandai dengan longgar atau tidak longgarnya kayu yang ditancapkan sebelumnya. Longgarnya kayu yang ditancapkan adalah sebuah pesan dari "penguasa tanah" kepada manusia bahwa lokasi tersebut kurang baik untuk didirikan rumah. Dengan demikian, bisa dimaknai agar manusia mencari lagi lokasi yang lebih baik. Sebaliknya, bila kayu yang ditancapkan masih kokoh. Maka hal tersebut dimaknai sebagai pesan dari "penguasa tanah" bahwa lokasi tersebut baik untuk didirikan rumah.
Wallahu a'lam
EmoticonEmoticon