Dalam kurun dua dekade terakhir, kita menyaksikan perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat. Baik perangkat lunak (Software) maupun perangkat keras (Hardware) dengan cepat berkembang.
Cek : NETGEN
Sebagian besar manusia, tidak menyadari dampak dari kemajuan tersebut. Yaitu obesitas informasi. Ya, Obesitas Informasi. Terlampau banyak informasi yang kita serap dalam sehari saat kita online. Sehingga bahkan informasi yang kita tidak butuh dan tidak penting pun kita konsumsi.
Salah satu buku yang menghimpun kearifan lokal Bugis |
Obesitas Informasi ini bukan hanya karena terbukanya ruang yang egaliter untuk aktualisasi diri. Sehingga tiap person punya hak sama untuk memasang status atau bahkan memamerkan ibadahnya. Obesitas Informasi ini juga karena adanya "tantangan" dari penyedia Sosial Media sendiri untuk menuliskan apa yang kita pikirkan.
Nah, dari titik ini. tiap orang (yang punya akun) punya kesempatan untuk membagi yang baik atau yang buruk, tergantung pada pemikiran yang bersangkutan.
Pada dasarnya, semua manusia baik. Manusia diciptakan dengan fitrah kemanusiaannya. Kejujuran, kebenaran, keadilan dan semua kualitas kebaikan lainnya merupakan hal yang terintegrasi pada diri manusia.
Namun, manusia bukan malaikat. Manusia memiliki emosi yang kadang stabil kadang sebaliknya. Banyak faktor yang memengaruhi emosi manusia. Namun yang penting untuk dipikirkan adalah, akibat dari kondisi emosi kita kepada orang lain.
Pada kasus sosial media. Bila kita menulis status atau komentarAda kemungkinan bias yang dapat disalahpahami oleh pembaca. Latar belakang, pengetahuan, dan kondisi emosi akan mempengaruhi penangkapan atas status atau komentar yang dibaca. Selanjutnya, status/komentar balasan (baik yang menyerang atau menyindir), dapat saja tertulis dan berakhir penyesalan.
"Narekko engka kedo ri atimmu, itai riolona, itai rimunrina, kira kirai tengngana, muinappa pegauk i, dek na tu naolai sesse kale. Pogaukni madecengnge, tettanni majak e, napojinotu Puang MappancajiE, apa ianatu riaseng pappakedo Puang".
Terjemahan :
Jika ada yang terlintas didalam hatimu, amatilah penyebabnya,lihatlah akibatnya, perkirakanlah pelaksanaannya, baru kemudian engkau lakukan. Tidak akan berakhir dengan penyesalan. Lakukan yang baik, tinggalkan yang buruk. Maka engkau akan disukai oleh Tuhan yang Maha Pencipta, karena itulah petunjuk dari Tuhan.
sumber : PANGAJAK TOMATOA
Dihimpun oleh : Zainuddin Hakim
Ada baiknya kearifan lokal diangkat kembali. Meski sudah tua, namun belum usang. Pentingnya untuk melihat awal, akhir dan tengah suatu persoalan. Ternyata bisa diterapkan dalam menulis status dan komentar. Bersosial media, tidak memperturutkan hawa nafsu dan kebencian. Tetapi memikirkan matang matang sebelum diposting. Mempertimbangkan perasaan orang lain bila dibaca. Dan paling penting adalah jangka panjangnya. Yaitu ketika kita tutup usia tetapi tidak sempat tutup akun.
3 komentar
Mantap artikelnya kanda..mencerahkan..kunjung balik blog sederhanaku kanda portalsengkang.id, maklum blogger baru.hehehe
sipp makasih dinda...saya meluncur
sipp gan
EmoticonEmoticon