Mengenakan cincin batu mulia adalah kebiasaan sejak dulu kala. Jauh sebelum permata booming seperti saat ini. Orang tua di Bugis dulu, selain mengimpor batu luar seperti Zamrud (Jamerro), feroz (peroso), Safir (ako'), juga memproduksi batu lokal.
Batu lokal yang diproduksi dan digunakan orang Bugis dulu disebut Peroso' Ogi, atau feroz Bugis. Belum jelas, kapan dimulai diproduksi. Namun bila melihat cincin buatan lokal dulu, jelas bahwa "peroso' ogi" ini sudah digunakan ratusan tahun silam. Bahkan menurut salah satu sumber, sebelum batu impor marak digunakan dizaman dulu, batu ini sudah digunakan oleh orang orang tua di Bugis. Varian ini hampir terlupakan hingga demam permata mulai menjangkiti negeri ini memberinya kesempatan untuk diingat kembali.
Peroso Ogi warisan leluhur |
cek juga : Nephrite Zebra
Berawal dari cincin "peroso' ogi" warisan seorang teman, eksplorasi pun dimulai. Penjelajahan mencari sumber peroso ogi di kecamatan Sajoanging kabupaten Wajo. Bongkahan ditemukan kemudian diolah dan dikirimkan disalah satu laboratorium gemstone. Ternyata, apa yang disebut sebagai "peroso ogi" adalah Brown Jasper dari keluarga Chalcedony. Sekilas, penampakan "peroso ogi" ini memang mirip feroz (turquoise), sehingga wajar orang orang tua di Bugis dulu menyebutnya peroso ogi.
Peroso ogi berwarna dasar coklat dengan corak hijau kebiru-biruan, hijau muda, abu-abu, putih dan emas. Terkadang coraknya menyebar merata, terkadang pula terkonsentrasi.
Hasil penelitian lab, koleksi Sutera Gemstone |
Cincin dan Liontin Peroso Ogi bergambar koleksi Sutera Gemstone |
EmoticonEmoticon