Gotong Royong dan Demokrasi

Bangsa Indonesia, terdiri dari beragam masyarakat dengan tradisinya masing-masing yang dominan pada tradisi agraris dan maritim. Berangkat dari tingginya relasi kekerabatan sehingga menyebabkan kohesi sosial yang tinggi.

Sementara itu, dengan sistem pertanian yang sederhana, maka dibutuhkan kerja sama dalam mengelola lahan untuk kepentingan bersama. Sehingga terkondisikan sebuah sistem untuk bergotong royong. Di masa lalu, gotong royong adalah ciri khas bangsa Indonesia yang memiliki relasi kekerabatan tinggi dan teknologi pertanian yang masih rendah.

Seiring perkembangan zaman, terjadi intensifikasi pertanian diiringi pertambahan penduduk serta urbanisasi yang tinggi. Relasi kekerabatan semakin rendah. Dahulu, banyak orang menghafal diluar kepala anggota anggota keluarganya hingga sepupu 5 kali. Saat ini, orang banyak melupakan keluarga dekatnya.

Lahan pertanian pun semakin membutuhkan sedikit orang dalam proses penggarapannya diakibatkan peningkatan teknologi pertanian. Saat ini, satu orang petani dapat menggarap beberapa hektar sawah sendirian tanpa melibatkan orang lain (anggota kelompok) dengan hanya mengandalkan buruh tani atau traktor

Coba kita lihat dikota kota besar, apakah gotong royong masih terasa? Dengan segala keterbatasan, saya mengatakan bahwa bahkan di desa pun semangat gotong royong semakin pudar. Orang orang sekarang cenderung individualistis.

Mari kita tengok tentang demokrasi. 
Proses demokratisasi kita sangat menonjol pada pemilu. Mulai dari pilkades hingga pilpres. Dalam proses pemenangan calon, berbagai variabel digunakan sebagai sarana pemenangan. Misalnya, ikatan kekeluargaan, agama/aliran, suku/asal daerah, dan seterusnya. Sehingga pemilu menyebabkan masyarakat terpetak petak pada beberapa sumbu kepentingan politik. Kohesi sosial masyarakat pun semakin menurun. Walhasil, pola pergaulan, pola kekerabatan menjadi sempit seiring pilihan politik. Sehingga semangat gotong royong itu semakin pudar saja

Kita bisa lihat, betapa banyak orang bersaudara, bersepupu, paman/tante dengan kemenakan, yang mesti bersitegang hanya karena berbeda pilihan saat pemilu. Begitu banyak hubungan sosial yang rusak karena pemilu. Memang biaya pemilu mahal, tapi lebih mahal lagi kehilangan keluarga dan sahabat hanya karena berbeda pilihan saat pemilu. Karena keluarga dan sahabat tidak dijual



EmoticonEmoticon