Hegemoni budaya membawa kita pada sebuah kesadaran baru tentang modernitas. Bahwa kemodernan adalah mengikuti budaya barat. Perlahan, kita tercerabut dari akar budaya kita sendiri, dan menjadi orang asing diatas tanah kita sendiri. Begitulah gambaran tentang anak muda yang merayakan Valentine
Kasih sayang, adalah kata yang sangat bermakna. Begitu bermaknanya, sehingga hanya terlekatkan pada orang-orang tertentu. Sialnya, makna kasih sayang terdegradasi menjadi hubungan antar lawan jenis yang tidak sah. Kita sebut itu pacaran.
Saat Valentine, para anak muda sibuk membeli kado buat pacarnya. Orang tua, menjadi sasaran utama. Orang tua yang kerja keras mencari nafkah menjadi sasaran "pemalakan" sang anak agar bisa memberi kado buat pacarnya. Ironis memang.
Kasih sayang, selain terdegradasi maknanya, juga terpenjara. Kasih sayang dikerangkeng oleh lembaga yang bernama "pacaran". Bukan hanya kado yang dipersembahkan, bahkan virginitas pun diberikan buat sang pacar terkasih. Sungguh sebuah tindakan yang berlebih-lebihan alias norak.
Memang, banyak orang yang kurang cerdas melihat zaman. Asal ikut tren. Sedikit pembenaran "kasih sayang" sudah cukup untuk melegalisasi tindakan asusila yang dilakukan.
Valentine diidentikkan dengan coklat. Kita tahu bahwa coklat mengandung senyawa kimia yang mampu membangkitkan gairah. Sangat cocok bagi mereka yang telah menikah. Namun bagaimana jika remaja yang penuh penasaran dan hasrat meledak-ledak mengkonsumsi coklat dihari valentine?
Tentu kita bisa tahu lanjutannya.
Mengapa saya katakan valentine itu norak ? Norak berarti berlebih-lebihan. Berkasih sayang, tidak perlu dinyatakan dengan coklat. Apalagi menyerahkan virginitas. Berkasih sayang bisa dalam banyak bentuk. Misalnya menghormati kedua orang tua. Meminta maaf kepada teman-teman, jika sekiranya ada yang salah sengaja atau tidak selama setahun terakhir. Juga bisa dengan membantu saudara-saudara kita yang kesulitan dan terkena bencana. Banyak, banyak yang bisa kita lakukan untuk berkasih sayang.
EmoticonEmoticon