SEPUTAR BIAYA PERNIKAHAN DI SULSELBAR

Pernikahan adalah hal yang sakral. Di Budaya masyarakat Sulawesi Selatan/Barat ritual pernikahan sedemikian rupa sehingga ritual pernikahan bahkan lebih rumit ketimbang ritual pelantikan raja. Seiring dengan perkembangan zaman, bubarnya kerajaan dan integrasi ke NKRI membuat pelaksanaan hukum adat menjadi tidak teratur, termasuk adat pernikahan. Salah satu yang dapat disaksikan langsung adalah persoalan biaya pernikahan.
Ada 3 jenis biaya pernikahan antara lain :
1.Uang mahar dikenal dengan istilah SOMPA.
2.Uang pembeli darah yang dikenal dengan DUI MENRE = uang panae
3.Uang pembiayaan operasional pernikahan perempuan yaitu BALANCA

Tentang SOMPA (Mahar)
saya pernah melihat naskah lontara yang mengatur tentang SOMPA.isinya berkisar seputaran berapa jumlah SOMPA = MAHAR yang diserahkan pihak mempelai pria sesuai dengan
a.aturan dikerajaan bersangkutan
b.tingkat derajat kebangsawanan
SOMPA ini bersifat permanen dan disepakati oleh masyarakat bugis diberbagai kerajaan (kabupaten saat ini).oleh karena itu,SOMPA = MAHAR tidak pernah ditawar-tawar,akan tetapi perdebatan dalam proses pelamaran (MADDUTA) adalah derajat kebangsawanan untuk menentukan jumlah MAHAR.makanya orang bugis dulu melamar sambil bawa silsilah keluarganya.pada umumnya,hal ini adalah sesuatu yang berat dan riskan.oleh karena itu banyak orang tua menikahkan anaknya dengan keluarganya sendiri agar tidak lagi repot berurusan dengan silsilah dan harta warisan tidak jatuh ke orang lain
Tentang DUI MENRE (Uang Panae/Naik)
Pada zaman dahulu,perempuan bangsawan tidak boleh dinikahi oleh lelaki bukan bangsawan. Namun terjadi perubahan sejarah ketika salah satu kerajaan dibagian tengah jazirah selatan Sulawesi berhasil membangun kekuatan ekonomi (sejak tahun 1700an). Sehingga terbentuk lapis ekonomi baru.dimana banyak orang bukan bangsawan menjadi jutawan (pada zamannya). Mereka kemudian “diizinkan” menikahi perempuan bangsawan. Akan tetapi mereka diwajibkan membeli darah (Mangelli Dara'). Konsekwensi membeli darah bangsawan ini lah yang meniscayakan adanya DUI MENRE. Yaitu uang untuk menaikkan darah pihak laki2 dalam membeli darah kebangsawanan perempuan
Tentang BALANCA (Belanja)
Adalah uang Belanja pernikahan perempuan yang diserahkan laki2. Sebenarnya hanya bersifat opsional, namun belakangan telah menjadi kewajiban. Biaya operasional ini digunakan mulai dari konsumsi acara pernikahan, sewa perlengkapan, sewa elektone dan sebagainya.


Pada perkembangannya uang BALANCA dan DUI MENRE digabung dan disebut saja DUI MENRE=UANG PANAE. Jadi seolah hanya 2 saja,yaitu MAHAR (SOMPA) dan BELANJA (UANG PANAE)
Padahal Belanja = Balanca berbeda dengan Dui Menre = Uang Panae namun kemudian digabung jadi satu
DUI MENRE = UANG MEMBELI DARAH= UANG PANAE
sekarang sudah tidak relevan,karena tidak adalagi budak,bangsawan, raja dan kerajaan di hari ini. Yang ada adalah keturunannya.apalagi sekarang kita berada pada zaman demokrasi. Oleh karena itu saya sepakat jika
1.DUI MENRE = UANG PANAE dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan,hehehe
2.BALANCA = Uang Belanja juga turut dihapuskan karena juga memberatkan laki2
3.SOMPA = MAHAR tidak lagi digunakan aturan kerajaan dulu (Sompa Kati, Sompa Toleba, Sompa Bocco dst)...tapi berdasarkan kesepakatan antara pihak mempelai pria dan perempuan

Dengan kondisi ekonomi yang semakin kurang sejahtera, namun biaya pernikahan semakin tinggi maka dapat dipastikan bahwa pernikahan adalah hal yang semakin sulit. Dapat dibayangkan sulitnya beribadah sekaligus semakin mudahnya berzina. Kita berharap kedepan ada usaha-usaha rill dari berbagai pihak, mulai dari tokoh adat, tokoh agama dan pemerintah, agar bisa memudahkan pernikahan tanpa harus kehilangan kesakralannya

(dari grup FB SEJUTA DUKUNGAN HAPUSKAN PANAE, April 2010)


EmoticonEmoticon