Terletak di jalur pelayaran samudra Pasifik dan samudra India, antara Tiongkok, Nusantara, dan Asia Barat, menjadikan posisi Singapura menjadi sangat strategis bagi perdagangan dunia. Singapura menjadi terminal persinggahan bagi para pedagang dimasa lalu. Untuk membawa hasil bumi dari nusantara ke asia barat dan eropa. Produksi keramik, sutra dan sebagainya dari Tiongkok. Produksi kain dari India. Serta berbagai komuditas dunia hilir mudik melalui pelabuhan Singapura.
Dahulu kala, Singapura dikenal dengan nama Temasek. Pernah menjadi wilayah kekaisaran Sriwijaya, disusul kemudian Raja Cola dari India. Kerajaan Majapahit pun pernah mengklaim Temasek sebagai wilayahnya hingga kesultanan Johor. Hingga kemudian Inggris melalui EIC membangun bandar dagang di tahun 1819 di Singapura.
Hubungan dengan melayu diperkirakan sejak runtuhnya benteng Malaka oleh Portugis. Migran melayu tersebar dipesisir barat Sulawesi Selatan. Di Siang (pangkep) hingga Makassar. Besar kemungkinan, dari hubungan ini membuat kebijakan luar negeri kerajaan Makassar memberi prioritas sektor maritim. Kerajaan Makassar pun berjaya sebagai kerajaan maritim di nusantara.
Relasi kerajaan Makassar tidak semata mata politik, namun juga ekonomi. Ini yang kemudian menyebabkan pergesekan dengan VOC kelak, yang hendak memonopoli dagang. Posisi Makassar yang strategis menjadi tempat transit ideal untuk rempah dari Maluku yang dipasarkan ke barat. Demikian pula teripang di selatan (australia utara) ke Tiongkok melalui selat Makassar.
Imbas Perang Makassar 1667-1669 menyebabkan banyak migran Bugis Makassar tersebar diberbagai pelabuhan Nusantara. Misalnya pangeran Gowa dan rombongan yang ke Thailand. Komandan Wajo yang ke Samarinda, dan sebagainya. Seiring dengan waktu, gelombang migran pun mencapai Tumasek alias Singapura.
Meski demikian, diaspora bugis-makassar tidak didominasi oleh pihak kalah perang saja. Namun termasuk kerajaan utama yang lain di Sulawesi Selatan yaitu Bone dan Luwu. Di era 1720-an, nama 5 Opu begitu mendominasi di Selat Malaka. 5 Opu membantu kesultanan Johor dalam perang melawan Kesultanan Siak. Efek dari itu, orang Bugis menguasai Kepulauan Riau. Otomatis perdagangan laut yang bebas pun dikuasai. Hal ini menyebabkan VOC gusar sehingga ditahun 1784 memutuskan untuk menduduki Riau demi mengontrol perdagangan. Orang Bugis pun bermigrasi ke Singapura, sebuah pulau yang kurang penduduknya di saat itu untuk menghindari dominasi VOC.
Pergesekan di Eropa berimbas di Nusantara. Kekuasaan Belanda melalui VOC beralih pada Inggris melalui EIC. Hingga situasi berubah, Inggris menyerahkan nusantara kembali pada Belanda ditahun 1819 yang disesali Raffles. Sebelumnya, Sultan Johor menjual pulau Singapura pada Inggris. Sehingga meski nusantara dikuasai Belanda, tetapi pelabuhan penting Singapura tetap dikuasai oleh Inggris.
Berbagai komoditas, seperti hasil pertanian, hasil perkebunan, bahkan budak menjadikan perdagangan laut sangat intens. Arus ekspor impor di Sulawesi Selatan melalui pelabuhan Singapura menjadi tinggi. Terbukti dengan banyaknya kapal dagang yang merapat. Hal ini tentu didukung oleh dua hal. Pertama, Singapura sebagai wilayah yang dikuasai Inggris yang merupakan saingan Belanda. Kedua, kehadiran orang Bugis Makassar di Singapura yang menjadikan hubungan dagang dengan kerabatnya di Sulawesi terus eksis.
Dinamika ekonomi politik di nusantara, yang melibatkan bangsa Eropa, Tiongkok, India, Melayu, Arab-Persia dan tentunya Bugis Makassar, menyebabkan Singapura berkembang. Dari sebuah pulau kecil, menjadi pelabuhan penting bahkan hingga hari ini. Saat ini, orang orang Bugis di Singapura sebagian masih menjalin hubungan dengan kerabatnya di Malaysia dan Sulawesi Selatan
Relasi kerajaan Makassar tidak semata mata politik, namun juga ekonomi. Ini yang kemudian menyebabkan pergesekan dengan VOC kelak, yang hendak memonopoli dagang. Posisi Makassar yang strategis menjadi tempat transit ideal untuk rempah dari Maluku yang dipasarkan ke barat. Demikian pula teripang di selatan (australia utara) ke Tiongkok melalui selat Makassar.
Imbas Perang Makassar 1667-1669 menyebabkan banyak migran Bugis Makassar tersebar diberbagai pelabuhan Nusantara. Misalnya pangeran Gowa dan rombongan yang ke Thailand. Komandan Wajo yang ke Samarinda, dan sebagainya. Seiring dengan waktu, gelombang migran pun mencapai Tumasek alias Singapura.
Meski demikian, diaspora bugis-makassar tidak didominasi oleh pihak kalah perang saja. Namun termasuk kerajaan utama yang lain di Sulawesi Selatan yaitu Bone dan Luwu. Di era 1720-an, nama 5 Opu begitu mendominasi di Selat Malaka. 5 Opu membantu kesultanan Johor dalam perang melawan Kesultanan Siak. Efek dari itu, orang Bugis menguasai Kepulauan Riau. Otomatis perdagangan laut yang bebas pun dikuasai. Hal ini menyebabkan VOC gusar sehingga ditahun 1784 memutuskan untuk menduduki Riau demi mengontrol perdagangan. Orang Bugis pun bermigrasi ke Singapura, sebuah pulau yang kurang penduduknya di saat itu untuk menghindari dominasi VOC.
Pergesekan di Eropa berimbas di Nusantara. Kekuasaan Belanda melalui VOC beralih pada Inggris melalui EIC. Hingga situasi berubah, Inggris menyerahkan nusantara kembali pada Belanda ditahun 1819 yang disesali Raffles. Sebelumnya, Sultan Johor menjual pulau Singapura pada Inggris. Sehingga meski nusantara dikuasai Belanda, tetapi pelabuhan penting Singapura tetap dikuasai oleh Inggris.
Patung Bugis, Tiongkok dan Inggris di Singapura |
Berbagai komoditas, seperti hasil pertanian, hasil perkebunan, bahkan budak menjadikan perdagangan laut sangat intens. Arus ekspor impor di Sulawesi Selatan melalui pelabuhan Singapura menjadi tinggi. Terbukti dengan banyaknya kapal dagang yang merapat. Hal ini tentu didukung oleh dua hal. Pertama, Singapura sebagai wilayah yang dikuasai Inggris yang merupakan saingan Belanda. Kedua, kehadiran orang Bugis Makassar di Singapura yang menjadikan hubungan dagang dengan kerabatnya di Sulawesi terus eksis.
Dinamika ekonomi politik di nusantara, yang melibatkan bangsa Eropa, Tiongkok, India, Melayu, Arab-Persia dan tentunya Bugis Makassar, menyebabkan Singapura berkembang. Dari sebuah pulau kecil, menjadi pelabuhan penting bahkan hingga hari ini. Saat ini, orang orang Bugis di Singapura sebagian masih menjalin hubungan dengan kerabatnya di Malaysia dan Sulawesi Selatan
1 komentar so far
Saya Sangat BerTerima kasih Atas Bantuan Angka Ritual MBAH…Angka MBAH EROK PRANAL Tembus 100%…Saya udah kemana-mana mencari angka yang mantap selalu gak ada hasilnya…sampai- sampai hutang malah menumpuk…tanpa sengaja seorang teman lagi cari nomer jitu di internet…Kok ketemu NomoR MBAH EROK PRANAL..Saya coba beli Paket 4D ternyata Tembus…dan Bagai di sambar Petir..Ternyata Angka Ritual Ghoib MBAH EROK PRANAL…Yang SaYa Minta Tembus 4D…Baru kali ini saya mendapat angka ritual yang benar-benar Mantap…Bagi saudara yang ingin merubah Nasib seperti saya…Anda Bisa CALL/SMS Di Nomer MBAH EROK PRANAL 085 377 797 151.(((Buktikan Aja Sendiri Saudara-Saudari)))
EmoticonEmoticon