3 Peletak Fondasi Kebesaran Kerajaan Bone

Tags

3 Peletak Fondasi Kebesaran Kerajaan Bone 

Bone menjadi kerajaan terbesar di abad ke-17, tidaklah terjadi secara kebetulan. Akan tetapi, melewati proses panjang dan berat selama ratusan tahun. Berbagai peristiwa yang terjadi telah menggores sejarah Bone.  Proses perkembangan kerajaan Bone sangat dipengaruhi oleh generasi-generasi awal yang membentuk fondasi kerajaan Bone.
Berikut ini, 3 peletak fondasi kerajaan Bone diawal terbentuknya hingga mulai berkembang.

MatasilompoE Manurungnge ri Matajang

Setidaknya ada dua pendapat tentang kata Matasilompoe. Berhubung aksara lontara berbasis suku kata, maka dalam penulisannya dapat dibaca Mata+Silompoe yang berarti mampu mengetahui jumlah orang dalam satu padang. Juga dapat dibaca Mattasi+Lompoe yang berarti telah mengarungi lautan luas.

Disebutkan bahwa telah tujuh generasi mengalami kondisi chaos yang diistilahkan sianrebale. Carut marut tatanan sosial tersebut bisa diredakan dengan kehadiran Matasilompoe.  Terbentuklah kerajaan Bone atas dukungan dan inisiatif tujuh matoa.   
Diawal terbentuknya, kerajaan Bone adalah kerajaan kecil. Sehingga dengan mudah menata pemerintahan. Tata kelola pemerintahan adalah hal niscaya dalam membangun stabilitas sosial. Struktur kerajaan Bone dibentuk seiring terbentuknya kerajaan. Matasilompoe berposisi sebagai Arumpone, dan ketujuh matoa  menjadi Arung Pitue sebagai anggota dewan pemerintahan.

Setelah menata pemerintahan, langkah Matasilompoe adalah mendekritkan hak milik. Langkah ini memberi kepastian hukum terhadap kepemilikan. Dengan demikian, potensi konflik semakin kecil dan menjamin stabilitas sosial. Untuk mengukuhkan kewibawaan kerajaan, dibuat tanda (bate) berupa bendera yang bergelar Worongporongnge.

Selama sekitar 32 memerintah, beliau berhasil membawa masyarakat Bone pada keadilan dan kesejahteraan. Tata kelola pemerintahan, stabilitas sosial dan kesejahteraan sosial adalah  syarat dasar menuju perkembangan Bone berikutnya.
 
Situs Tana BangkalaE Watampone

La Ummasa Petta Panre Bessie

Beliau adalah putra Matasilompoe, terpilih menggantikan ayahandanya setelah Mallajang. Keberhasilan Bone mensejahterakan masyarakatnya di era sebelumnya, mempermudah usaha beliau menggabungkan kerajaan-kerajaan kecil disekitar. Tercatat, Biru, Maloi, Anrobiring dan Matajang mulai tergabung ke Bone. Pelan tapi pasti, Bone semakin berkembang. 

Di masanya, industri metalurgi berkembang. Bahkan baginda digelari Petta Panre Bessie. Teknologi penempaan besi yang maju menjamin ketersediaan senjata untuk pertahanan negara, dan alat pertanian untuk kesejahteraan masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena diera sebelumnya telah diterapkan aturan tentang kepemilikan. Sehingga masyarakat Bone dapat bekerja dengan tenang tanpa kekhawatiran konflik, dan kemajuan teknologi terbaru dizamannya.

Seiring perkembangan ekonomi dan politik kerajaan Bone, militernya dibangun secara perlahan. Baginda mengembangkan kerajaan Bone secara politik melalui penggabungan daerah lain. Kelak, lebih banyak lagi daerah lain yang bergabung dengan Bone hingga menjadi kerajaan besar dengan daerah yang teramat luas. Baginda memajukan industri penempaan besi. Kelak, bahkan ketika kerajaan Bone berganti menjadi kabupaten, tradisi penempaan besi itu masih bertahan. Persenjataan yang cukup, ,memungkinkan kuatnya pertahanan negara. Peralatan pertanian yang cukup, meningkatkan produktifitas hasil pertanian.

Keberhasilan Bone dibidang persenjataan militer dan agraris, adalah fondasi utama peninggalan baginda yang masih bertahan beberapa ratus tahun kemudian. Bahkan hingga hari ini.

La Saliyu Kerampelua

Ibunya merupakan saudara baginda La Ummasa, sedang ayahnya adalah La Pattingki Arung Palakka. Baginda mewarisi tahta Bone dan tetangga kuat Bone saat itu, Palakka. Sangat wajar bila pamandanya yaitu La Ummasa berusaha agar baginda La Saliyu menjadi penggantinya kelak. Dengan demikian, terbentuk sebuah hubungan unik antara Bone dan Palakka. Hubungan unik tersebut kelak akan memudahkan langkah-langkah baginda La Saliyu dalam memperluas wilayah Bone.

Terlahir dengan tanda-tanda khusus keberanian, yaitu rambut lebat yang tegak, La Saliyu kelak tak hanya sekedar raja yang memerintah. Namun memiliki keperwiraan yang sangat dibutuhkan untuk memperkuat kewibawaan negara kerajaan Bone saat itu.

Beliau menjadi raja saat masih bayi. Kedua sepupunya masing-masing  To Suwalle mewakili baginda dalam urusan internal kerajaan. To Suwalle bergelar Matoa Ciung. Kelak jabatan tersebut digelari Tomarilaleng. Sementara To Salawakka menjadi Matoa Araseng, yang mengurusi eksternal kerajaan. Kelak jabatan tersebut dikenal sebagai Makkedang Tana. Dengan demikian, terjadi perkembangan struktur pemerintahan kerajaan Bone. Seolah akan mempersiapkan tantangan administrasi pemerintahan yang semakin kompleks seiring akan semakin bertambahnya luas wilayah kerajaan Bone.

Setelah baginda dewasa, militer diorganisasikan. Dibentuk tiga satuan pasukan. Di bawah bendera Woromporongnge berkumpul rakyat Majang, Maraonging, Bukaka, Kawerang, Pallengoreng, dan Mallari. Pasukan ini dipimpin oleh Matoa Majang. Rakyat Lemoape, Masalle, Macege, Belawa dipimpin oleh To Suwalle dibawah bendera Bate Cella’e ri Atau (bendera merah dikanan). Sedangkan Bate Cella’e ri Abeo (Bendera Merah di kiri) dipimpin oleh To Sulawakka berkumpul rakyat Araseng, Ujung, Katumpi, Padaccengnga dan Madello. To Sulawakka bergelar Matoa Araseng.

Rakyat telah solid dan sejahtera. Tata kelola pemerintahan semakin baik dengan disesuaikannya perkembangan struktur dengan perluasan wilayah. Persenjataan telah cukup. Militer telah terorganisir dengan baik. Difinalisasi dengan raja pemberani, La Saliyu Kerampelua.

Penutup

Tiga raja pertama Bone, tampil dengan keistimewaan masing-masing dan menjawab kondisi zamannya. Sehingga dengan prestasi ketiganya, membawa sekelompok masyarakat yang awalnya chaos, berubah menjadi kerajaan besar dan berwibawa. Dimulai dari tata kelola pemerintahan yang baik, kepastian hukum tentang kepemilikan, perluasan wilayah secara damai, teknik metalurgi untuk menopang perkembangan pertanian dan militer. Pengorganisasian militer dan dikunci oleh peran sentral raja pemberani, La Saliyu Kerampelua.

Hal-hal tersebut menjadi fondasi kerajaan Bone. Sehingga, raja-raja berikut tidak perlu banyak mengubah struktur pemerintahan, dan tinggal melanjutkan usaha-usaha ketiga raja pertama tersebut.



(arm:sebuah kado yang terlambat untuk hari jadi Bone)


EmoticonEmoticon