Keteraturan Semesta
Sebelum membincang tentang hari-hari baik dan hari-hari naas, mari kita membincang tentang waktu.
Tuhan menciptakan waktu secara linear tanpa mundur sedikit pun kebelakang. Namun kita pahami tentang waktu sebenarnya adalah periode dari keteraturan semesta. Bumi kita, memiliki membutuhkan waktu 364 hari lebih beberapa jam untuk mengelilingi matahari. Kita sebut waktu untuk berevolusi itu selama 1 tahun. Lalu, kita membagi 1 tahun itu selama 12 bulan. Kalender berbasis revolusi bumi terhadap matahari kita sebut sebagai kalender solar. Sistem kalender romawi (masehi) dan persia berbasis revolusi bumi pada matahari. Kelebihan beberapa jam, jika cukup 4 tahun maka cukup sehari. Makanya, tiap 4 tahun (tepatnya dikelipatan 4, misalnya tahun 2000, 2004, 2008, 2012, dst) ditambahkan waktu sehari dibulan Februari. Menjadi tanggal 29 Februari. Kita sebut sebagai tahun kabisat.
Adapun kalender Hijriah berbasis perputaran bulan pada bumi, atau revolusi bulan terhadap bumi. Kita sebut sebagai kalender lunar. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu kali revolusi bulan terhadap bumi adalah 29 hari, 12 jam, 44 menit dan 9 detik. Sehingga selisih 10 hari, 17 jam, 4 menit dan 37 detik dibanding kalender solar.
Bagaimana dengan Saturnus, planet bercincin dengan jarak ke matahari lebih jauh dari bumi ? Saturnus menghabiskan waktu 29 tahun (ukuran bumi) untuk menyelesaikan satu kali revolusinya terhadap matahari. Dengan 56 satelit (bulan), saya menjadi sangsi, andai Saturnus dihuni, maka akan banyak pertentangan masalah kalender, terutama yang berbasis lunar systemnya :)
Bagaimana dengan anggota tata surya kita, macam komet dan berbagai benda angkasa lainnya ? Komet Halley memiliki lintasan lebih panjang dari Komet Encke sehingga berevolusi pada matahari lebih lama. Namun masih ada komet yang mengunjungi tata surya kita dengan waktu revolusi ratusan bahkan ribuan tahun (ukuran bumi).
baca : Lontaraq Tassipariyamae
Tata surya kita hanya segelintir dari ratusan, bahkan ribuan tata surya lain dalam galaksi milky way kita. Sementara galaksi milky way kita ini hanya segelintir dari galaksi lain dalam semesta. Manusia menghitung jarak dengan ukuran kecepatan cahaya (150.000km/det). Jarak satu galaksi ke galaksi lain butuh ratusan tahun cahaya. Betapa luasnya semesta, betapa relatifnya waktu !!!
Tuhan Maha Baik, tentu semua ciptaanNYA baik. Tidak ada yang buruk. Keburukan, lahir dari perbandingan akal manusia, atau kurangnya intensitas kebaikan. Jadi tidak ada keburukan hakiki. Manusia, sebagai bagian dari semesta, tentu sedikit banyaknya dipengaruhi oleh semesta.
Rotasi bumi pada matahari menyebabkan siang-malam. Siang, berlimpah sinar matahari yang mendukung proses fotosintesa pada tanaman. Malam, banyak makhluk menggunakan untuk beristirahat (walau sebagaian digunakan untuk mencari makan). Sehingga banyak menjadikan malam waktu untuk beristirahat.
Revolusi bumi pada matahari menyebabkan musim. Didaerah subtropis, dikenal 4 musim. Sedangkan didaerah tropis dikenal 2 musim (tentu diluar musim penyakit, musim buah-buahan, atau musim kampanye,hehe)
Bulan adalah benda angkasa terdekat dengan bumi. Sehingga otomatis, bulan memiliki gaya gravitasi yang paling kuat diantara benda angkasa lainnya dalam mempengaruhi air. Terjadi pasang-surut akibat revolusi bulan terhadap bumi. Pasang surut air laut ini pada gilirannya mempengaruhi tanaman dan binatang air. Muncullah rutinitas makhluk akibat pengaruh gravitasi bulan. Pada gilirannya mempengaruhi manusia.
Demikian pula dengan pantulan sinar matahari terhadap bulan. Gerakan bulan yang berevolusi menyebabkan pemantulan sinar matahari pada muka bulan bervariasi. Inilah yang dihitung dalam kalender luar. Mulai dari kemunculan (bulan sabit), bulan purnama hingga tepu lotong. Bagi pelaut, pemancing dan penangkap ikan lainnya, terutama di laut, akan sangat dipengaruhi oleh jadwal bulan. Sementara musim hujan/angin barat (bare') dan musim kemarau/angin timur (timo') disebabkan oleh revolusi bumi pada matahari seperti yang disebut tadi.
Tubuh manusia didominasi air. Sekitar 70%-80% tubuh manusia adalah air. Sehingga, sedikit banyaknya, tubuh manusia dipengaruhi oleh gravitasi bulan. Bagi manusia, antara jasmani dan ruhaninya saling berpengaruh. Oleh karena itu, sangat wajar ada waktu-waktu tertentu manusia sangat perlu untuk mengingat Tuhannya. Di lain waktu, sangat pas bagi manusia untuk mencari kebutuhan duniawinya.
Pada penanggalan hijriah yang berbasis bulan, terdapat hari-hari baik dan hari-hari naas. Sebenarnya, hari-hari baik adalah hari yang secara kosmik, sangat pas bagi manusia untuk mencari urusan duniawinya. Sementara yang dimaksud hari-hari naas, adalah hari dimana kondisi alam sedemikian rupa sehingga mudah bagi manusia untuk kehilangan keseimbangan jiwanya. Pada gilirannya gampang mendapat kecelakaan. Kita sebut itu sebagai hari naas. Padahal sebenarnya, hari naas itu adalah hari dimana membutuhkan ingatan pada Tuhan yang lebih banyak. Dan disisi lain, butuh lebih banyak bersedekah dibanding hari lain untuk menciptakan keseimbangan kosmik.
Hari Baik dan Hari Naas
Pernah suatu hari, beberapa teman yang berprofesi petani berdebat. Ada yang ingin menanam padi besoknya dengan alasan bahwa semua hari itu baik. Ada juga yang masih menunggu beberapa hari kedepan dengan alasan menunggu hari baik. Mereka menghubungi saya untuk membantu menetapkan waktu tanam padinya. Tentu ini bukan hal mudah bagi saya yang bukan petani. Hari itu saya cuma menjawab bahwa keduanya benar. Semua hari itu baik (dalam artian pada sisi penciptaan/esoteris) dan ada hari hari tertentu yang lebih baik (dalam artian pada sisi kemanusiaan).
Lontara berisi waktu baik dan naas dalam sebulan |
Salah seorang dari mereka menggunakan sistem 5 hari seminggu (bukan 7 hari). Sistem ini disebut Pasa lima-lima. Anehnya, sistem mingguan seperti ini banyak dilakukan masyarakat sebelum hari pasar ditetapkan dinas pasar. Kejadian itu menjadi awal bagi saya untuk mengetahui rahasia waktu.
Bagi orang-orang tertentu yang pengetahuannya melampaui rahasia kosmis, tentu sangat paham pengaruh semesta (dalam hal ini bulan) terhadap bumi dan isinya. Jadi, hal yang wajar saja jika seorang menyusun jadwal hari-hari baik dan hari-hari naas.
Lontara berisi waktu baik dan naas tiap hari dalam sepekan |
Dilema Manusia Modern
Bagi orang-orang dulu, mengikuti jadwal hari baik dan naas dalam kehidupannya bukan hal sulit. Sebab segala macam keterbatasan masa lalu menyebabkan mobilitasnya rendah. Sedangkan kita manusia modern, berada dizaman yang serba cepat. Bagi pegawai/karyawan/siswa yang kalendernya berbasis solar (masehi), tidak mengindahkan lagi kaidah hari baik dan hari naas. Sehingga mobilitas manusia modern membuatnya lebih fokus pada rutinitas ketimbang menciptakan keseimbangan kosmis.
Bagaimana jika, ada rutinitas yang mesti dilakukan sementara bertepatan dengan hari naas? Ia tidak perlu meninggalkan rutinitasnya demi menghindari hari naas. Ia juga tidak boleh gegabah dan mengasumsikan semua hari itu baik (tanpa ada hari naas). Manusia hanya perlu mengingat Tuhan, bersalawat dan atau bersedekah lebih banyak di hari itu.
EmoticonEmoticon